Investasi melalui saham mepunyai daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (harapan) dan resiko (tantangan). Dalam berinvestasi seorang investor menginginkan dana yang dimiliki dikelola dengan baik serta mengharapkan return yang tinggi (high risk, high return). Namun hal tersebut tak terlepas dari resiko yang harus dihadapi. Jika semakin besar resiko yang harus ditanggung semakin besar return yang harus didapat. Ketika perusahaan ingin mencapai return yang besar, maka semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut.
S ebelum berinvestasi, para investor harus mengetahui cara menganalisa saham yang akan dibeli dan kondisi pasar yang sedang terjadi. Para investor juga harus dapat menganalisa resiko dalam berinvestasi. Pembahasan disini hanya akan dibahas mengenai analisa dengan melihat return dan resiko saham INCO (International Nickel Indonesia, Tbk) maupun pasar (IHSG dan LQ45).
Return merupakan hasil yang diharapkan akan diperoleh di masa mendatang dari investasi dan untuk mendapatkannya biasanya akan disertai dengan berbagai macam risiko. Konsep ini memberikan cara yang mudah bagi investor menyajikan kinerja keuangan dari suatu investasi. Analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat return dan risiko dalam hal ini adalah dengan menghitung tingkat return saham dan pasar.
Menghitung tingkat return untuk mendapatkan nilai return yang berarti dan mengetahui waktu yang tepat. Berikut cara mengukur tingkat return saham :
Dengan cara diatas, penghitungan tingkat return saham INCO periode 1 Januari 2008 sampai 31 Januari 2010 memberikan hasil yang berfluktuasi. Tingkat return merupakan salah satu ukuran kinerja investasi yang paling umum. Grafik I dibawah memperlihatkan perubahan tingkat return perusahaan INCO. Perubahan tingkat return saham INCO cenderung stabil, meskipun naik turun tetapi bergerak lurus. Garis 0 seakan sebagai cermin, ketika terjadi penurunan yang kecil maka akan memantul dan terjadi kenaikan yang kecil. Sebaliknya, ketika terjadi penurunan yang tinggi maka akan terjadi kenaikan yang tinggi pula.
Selama 2 periode, tingkat return saham INCO terbesar pada tanggal 17 September 2008 yaitu sebesar 23,75 %. Hal ini menunjukkan bahwa setiap lembar yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan sebesar 23,75% dari harga saham saat itu. Tetapi saham INCO juga sempat menginjak pada posisi negatif. Titik paling rendah sebesar -17,92%, pada tanggal 15 September 2008. Ketika tingkat pengembalian bernilai negatif, maka investor tidak akan mendapat kembali nilai investasi awal (rugi).
Karena pada tahun 2007 harga nikel mencapai rekor tertinggi, maka penurunan harga nikel pada tahun 2008 secara langsung mengakibatkan penurunan hasil-hasil keuangan. Penjualan dalam sembilan bulan pertama 2008 turun 39,4 persen menjadi US$1.132,1 juta dari US$1.867,4 juta pada periode yang sama tahun 2007. Laba bersih pada sembilan bulan pertama 2008 turun 62,1 persen menjadi US$369,1 juta, atau US$0,037 per saham, dari US$972,6 juta, atau US$0,097 per saham. Meskipun terjadi penurunan, hasil-hasil keuangan pada sembilan bulan pertama 2008 ini merupakan hasil terbaik
Kinerja perusahaan juga harus dibandingkan dengan kinerja pasar, untuk melihat penyebab terjadinya pergerakan-pergerakan yang ada. Penilaian kinerja pasar dengan menghitung tingkat return pasar (IHSG dan LQ45). IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG ini sering dijadikan acuan untuk melihat pergerakan saham secara keseluruhan.
Sedangkan LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang tinggi hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan. Dalam LQ45, 45 saham yang diperdagangkan mewakili setiap industri yang ada. Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Besarnya nilai IHSG dan LQ45 dipengaruhi oleh harga saham-saham serta pengaruh eksternal (kebijakan pemerintah, minyak dunia, dll.). IHSG dan LQ45 juga memberikan tolok ukur untuk membandingkan saham-saham dengan keseluruhan pasar dan untuk membandingkan pasar dengan indikator-indikator ekonomi lainnya.
Pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa untuk menentukan tingkat return dan resiko adalah dengan menghitung tingkat return saham dan pasar. Untuk menghitung tingkat return pasar tidak jauh beda dengan tingkat return saham, berikut cara yang digunakan : Dan,
Tingkat return pasar dilihat dari IHSG dan LQ45 menunjukkan hasil yang berfluktuatif. Untuk menganalisa tingkat return dan resiko maka nilai tingkat return IHSG dan LQ45 digabungkan dengan tingkat return saham.
Grafik II merupakan gabungan nilai tingkat return saham dan pasar. Disana terlihat bahwa arah pergerakan saham INCO, IHSG dan LQ45 sama, tetapi besarnya nilai perubahan yang terjadi berbeda satu sama lain. Pada awal tahun 2008 sampai pertengahan 2009, volume pergerakan lumayan tinggi. Mulai bulan Juni 2009, pergerakan tingkat return menurun. Karena pada tahun 2009, harga nikel merosot dan harga minyak masih tinggi. Hal ini membuat pendapatan perusahaan juga sedikit.
Tingkat return saham INCO lebih besar pergerakkannya dibandingkan dengan tingkat return pasar. Dan dalam tingkat return pasar itu sendiri tingkat return LQ45 lebih tinggi dibandingkan IHSG.
Perbedaan besarnya tingkat return saham INCO dengan tingkat return pasar, dikarenakan tingkat return pasar dipengaruhi oleh saham-saham yang lain, khusunya saham-saham yang berkapitalisasi besar. Dari grafik II tersebut, dapat ditelusuri juga penyebab terjadinya pergerakan tingkat return saham INCO karena adanya pengaruh eksternal. Pengaruh eksternal yang mempengaruhi seperti isu Bank Century (yang berkemungkinan adanya penggantian Menteri Keuangan dan Wakil Presiden RI), minyak dunia, nilai tukar rupiah, dll. Ketika kita mengharapkan adanya tingkat return yang besar, maka kita juga harus siap untuk untuk menghadapi resiko yang besar. Hubungan return dan resiko bersifat postif, yaitu ketika return tinggi maka resiko juga tinggi. Resiko adalah suatu gangguan atau peluang terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan.
Tabel I memuat nilai rata-rata dan standar deviasi dari tingkat return saham INCO, IHSG dan LQ45. Nilai rata-rata merupakan jumlah seluruh tingkat return saham pada periode Januri 2008 hingga akhir Januari 2010 dibagi dengan jumlah harinya. Nilai rata-rata untuk menilai return saham INCO secara umum selama 2 periode ini. Nilai rata-rata tingkat return saham INCO bersifat negatif yaitu sebesar -0,0892%, sedangkan tingkat return pasar bersifat positif yaitu sebesar 0,0109% untuk IHSG dan 0,0256% untuk LQ45.
Secara umum, tingkat return INCO jauh lebih rendah dibandingkan pasar.Selama dua dekade ini, saham INCO menunjukkan kurang bagusnya tingkat return yang didapat oleh investor. Secara rata-rata, investor tidak mendapatkan kembali nilai awal yang diinvestasikan (rugi).
Resiko adalah suatu konsep yang sulit dipahami dan diukur. Supaya resiko dapat diukur dalam bentuk suatu nilai, maka menggunakan ukuran standar deviasi. Standar deviasi menunjukkan besarnya nilai penyimpangan yang terjadi. Standar deviasi juga bisa menunjukkan besarnya tingkat resiko yang akan dihadapi. Pada tabel I dapat dilihat bahwa semakin kecil tingkat return yang didapat, maka semakin besar tingkat resiko yang dihadapi. Standar deviasi saham INCO lebih besar dibandingkan yang lain yaitu sebesar 4,8705% dan diikuti oleh LQ45 sebesar 3,2684%, yang paling rendah adalah IHSG yaitu 2,043%.
Standar deviasi saham INCO yang sebesar 4,8705% menunjukkan akan terjadi penyimpangan (naik atau turun) sebesar 4,8705% dari nilai sebelumnya. Serta jika memiliki nilai standar deviasi yang tinggi, mengindikasikan adanya variasi pengembalian yang lebih besar dan akibatnya kemungkinan tidak terealisasinya pengembalian yang diharapkan yang lebih besar pula.
Selama 2 periode, tingkat return saham INCO terbesar pada tanggal 17 September 2008 yaitu sebesar 23,75 %. Hal ini menunjukkan bahwa setiap lembar yang diinvestasikan akan memberikan keuntungan sebesar 23,75% dari harga saham saat itu. Tetapi saham INCO juga sempat menginjak pada posisi negatif. Titik paling rendah sebesar -17,92%, pada tanggal 15 September 2008. Ketika tingkat pengembalian bernilai negatif, maka investor tidak akan mendapat kembali nilai investasi awal (rugi).
Karena pada tahun 2007 harga nikel mencapai rekor tertinggi, maka penurunan harga nikel pada tahun 2008 secara langsung mengakibatkan penurunan hasil-hasil keuangan. Penjualan dalam sembilan bulan pertama 2008 turun 39,4 persen menjadi US$1.132,1 juta dari US$1.867,4 juta pada periode yang sama tahun 2007. Laba bersih pada sembilan bulan pertama 2008 turun 62,1 persen menjadi US$369,1 juta, atau US$0,037 per saham, dari US$972,6 juta, atau US$0,097 per saham. Meskipun terjadi penurunan, hasil-hasil keuangan pada sembilan bulan pertama 2008 ini merupakan hasil terbaik
Kinerja perusahaan juga harus dibandingkan dengan kinerja pasar, untuk melihat penyebab terjadinya pergerakan-pergerakan yang ada. Penilaian kinerja pasar dengan menghitung tingkat return pasar (IHSG dan LQ45). IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. IHSG ini sering dijadikan acuan untuk melihat pergerakan saham secara keseluruhan.
Sedangkan LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang tinggi hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan. Dalam LQ45, 45 saham yang diperdagangkan mewakili setiap industri yang ada. Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.
Besarnya nilai IHSG dan LQ45 dipengaruhi oleh harga saham-saham serta pengaruh eksternal (kebijakan pemerintah, minyak dunia, dll.). IHSG dan LQ45 juga memberikan tolok ukur untuk membandingkan saham-saham dengan keseluruhan pasar dan untuk membandingkan pasar dengan indikator-indikator ekonomi lainnya.
Pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa untuk menentukan tingkat return dan resiko adalah dengan menghitung tingkat return saham dan pasar. Untuk menghitung tingkat return pasar tidak jauh beda dengan tingkat return saham, berikut cara yang digunakan :
Tingkat return pasar dilihat dari IHSG dan LQ45 menunjukkan hasil yang berfluktuatif. Untuk menganalisa tingkat return dan resiko maka nilai tingkat return IHSG dan LQ45 digabungkan dengan tingkat return saham.
Grafik II merupakan gabungan nilai tingkat return saham dan pasar. Disana terlihat bahwa arah pergerakan saham INCO, IHSG dan LQ45 sama, tetapi besarnya nilai perubahan yang terjadi berbeda satu sama lain. Pada awal tahun 2008 sampai pertengahan 2009, volume pergerakan lumayan tinggi. Mulai bulan Juni 2009, pergerakan tingkat return menurun. Karena pada tahun 2009, harga nikel merosot dan harga minyak masih tinggi. Hal ini membuat pendapatan perusahaan juga sedikit.
Hingga semester I-2009, penjualan Inco merosot 66,26% menjadi US$ 276,36 juta dibanding periode 2008 sebesar US$ 819,16 juta. INCO juga membukukan penurunan laba usaha hingga 92,16% dari US$ 412,65 juta menjadi US$ 32,35 juta. Laba bersih ikut terperosok menjadi US$ 34,58 juta atau turun 88,3% dibandingkan semester I-2008 sebesar US$ 295,61 juta. Penurunan laba usaha terjadi akibat anjloknya harga komoditas nikel dunia.
Tingkat return saham INCO lebih besar pergerakkannya dibandingkan dengan tingkat return pasar. Dan dalam tingkat return pasar itu sendiri tingkat return LQ45 lebih tinggi dibandingkan IHSG.
Perbedaan besarnya tingkat return saham INCO dengan tingkat return pasar, dikarenakan tingkat return pasar dipengaruhi oleh saham-saham yang lain, khusunya saham-saham yang berkapitalisasi besar. Dari grafik II tersebut, dapat ditelusuri juga penyebab terjadinya pergerakan tingkat return saham INCO karena adanya pengaruh eksternal. Pengaruh eksternal yang mempengaruhi seperti isu Bank Century (yang berkemungkinan adanya penggantian Menteri Keuangan dan Wakil Presiden RI), minyak dunia, nilai tukar rupiah, dll.
Tabel I memuat nilai rata-rata dan standar deviasi dari tingkat return saham INCO, IHSG dan LQ45. Nilai rata-rata merupakan jumlah seluruh tingkat return saham pada periode Januri 2008 hingga akhir Januari 2010 dibagi dengan jumlah harinya. Nilai rata-rata untuk menilai return saham INCO secara umum selama 2 periode ini. Nilai rata-rata tingkat return saham INCO bersifat negatif yaitu sebesar -0,0892%, sedangkan tingkat return pasar bersifat positif yaitu sebesar 0,0109% untuk IHSG dan 0,0256% untuk LQ45.
Secara umum, tingkat return INCO jauh lebih rendah dibandingkan pasar.Selama dua dekade ini, saham INCO menunjukkan kurang bagusnya tingkat return yang didapat oleh investor. Secara rata-rata, investor tidak mendapatkan kembali nilai awal yang diinvestasikan (rugi).
Resiko adalah suatu konsep yang sulit dipahami dan diukur. Supaya resiko dapat diukur dalam bentuk suatu nilai, maka menggunakan ukuran standar deviasi. Standar deviasi menunjukkan besarnya nilai penyimpangan yang terjadi. Standar deviasi juga bisa menunjukkan besarnya tingkat resiko yang akan dihadapi. Pada tabel I dapat dilihat bahwa semakin kecil tingkat return yang didapat, maka semakin besar tingkat resiko yang dihadapi. Standar deviasi saham INCO lebih besar dibandingkan yang lain yaitu sebesar 4,8705% dan diikuti oleh LQ45 sebesar 3,2684%, yang paling rendah adalah IHSG yaitu 2,043%.
Standar deviasi saham INCO yang sebesar 4,8705% menunjukkan akan terjadi penyimpangan (naik atau turun) sebesar 4,8705% dari nilai sebelumnya. Serta jika memiliki nilai standar deviasi yang tinggi, mengindikasikan adanya variasi pengembalian yang lebih besar dan akibatnya kemungkinan tidak terealisasinya pengembalian yang diharapkan yang lebih besar pula.
1 komentar:
BAGUS
Posting Komentar